Kamis, 07 Juli 2011

Contoh Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling

Bahan ini cocok untuk Sekolah Menengah.
Nama : Slameto
Saya Dosen di UKSW salatiga
Tanggal: 8 Mei 2002
Judul Artikel: Memahami dan Menolong Siswa Yang Kurang PD
Topik: Studi Kasus Untuk Bimbingan Konseling.
Artikel:
DESKRIPSI KASUS
Studi Kasus dalam Bimbingan dan KonselingLia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.
TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING
Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi ketakutan / kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional / logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.
Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
PENUTUP
Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri, yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
  1. Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli.
  2. Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli.
  3. Kesegaran hasil yang dicapai.
  4. Kedalaman dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya sendiri kalah.
Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengakui sepenuhnya bahwa kita sebagian besar bertanggungjawab penciptaan masalah-masalah kita sendiri; (2) menerima pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-gangguan secara berarti; (3) menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaan-kepercayaan tidak rasional ; (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini; (5) menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik harus menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan (6) mempraktekkan metode-metode RET untuk menghilangkan atau merubah konsekuensi-konsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini.
SUMBER
Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana Semarang.
Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK, Jakarta
Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.

SECERCAH KATA


  • .::. Secercah Kata .::.

    ``Kenapa hari2 mu selalu dibuat sulit, serasa dirimu orang yang paling menderita di dunia ini, akan tetapi meskipun dirimu sedang mengalami masa2 sulit baik itu banyak masalah, sakit dll yang membuatmu selalu mengeluh, cobalah dirimu selalu tersenyum, selalu mensyukuri segala hal melebihi orang lain, maka hari2 mu akan menjadi lebih menyenangkan & dirimu akan menjadi orang yang lebih baik lagi hari demi hari. "Feel Good" karena apa yang kamu pikirkan itu yang akan terjadi``
    http://muslimahshaleha.blogspot.com/2010/10/puisi-seorang-akhwat.html

Satuan LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Materi Layanan : Nilai - Nilai dan Cara Berprilaku Pribadi
2. Sub Materi Layanan : Prilaku Pribadi yang bernilai Positif dan negatif

3. Jenis Layanan : Informasi, penguasaan Konten dan Bimbingan Kelompok
4. Fungsi Layanan : Pemahaman , Pencegahan dan Pengembangan
5. Bidang Bimbingan : Pribadi
6. Tugas Perkembangan : Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas (Landasan Prilaku Etis)
7. Sasaran Layanan : Siswa kelas VIII
8. Semester/Waktu : Ganjil/2xpertemuan
9. Uraian Kegiatan :
- Pertemuan I : Mengidentifikasi prilaku pribadi yang bernilai positif
- Pertemuan II : Mengidentifikasi prilaku pribadi yang bernilai negatif
10.Pengalaman Bimbingan:
- Pertemuan I:1.Melalui penjelasan Guru siswa dapat mengetahui arti dari nilai , mengidentifikasiprilaku pribadi yang bernilai positif dan fungsi nilai.
2. Melalui diskusi kelompok siswa dapat menidentifikasi beberapa prilaku pribadinya yang bernilai positif.
- Pertemuan II:1. Melalui penjelasan guru siswa mengetahui prilaku pribadi yang ditolak dalam kehidupan sosial, sebab-sebab mengpa seseorang merasa ditolak, contoh prilaku negatif yang sering dilakukan oleh remaja.
2. Berdasarkan pengalamn pribadinya siswa dapat mengidentifikasi beberapa prilaku pribadi baik yang positif atau yang negatif.
3. Setelah mengidentifikasi beberapa prilaku pribadi yang negatif dan positif siswa diharapkan untuk dapat mengubah prilaku atau kebiasaan negatif yang pernah atau sering dilakukan dan mengembangkan prilaku pribadi yang positif.
11.Nilai-nilai yang harus dibangun/dikembangkan/dibiasakan :
Sebagai remaja yang berbudi luhur/beretika dalam hidup
a. Memulai tindakan positif dari perbuatan yang paling kecil/ringan seperti
b. Membiasakan memberi salam, bertutur kata sopan, berpakaian sopan
c. Menjadi contoh bagi teman-teman
12.Sumber Belajar : Buku materi BK, LKS, VCD tentang Pergeseran Nilai di Kalangan Remaja
13.Metode : Ceramah, diskusi, problem solving dan pemberian tugas
14.Tempat : Ruang kelas VIII
15.Penyelenggara : Guru Pembimbing/konselor
16.Pihak yang diikutkan : Wali kelas, Waka Kesiswaan, Gurur agama dan orang tua
17.Penilaian :
-Unsur yang dinilai : 1. Pemahaman materi
2. Aktifitas dalam mengikuti layanan
3. Perubahan prilaku/sikap
-Teknik penilaian : Observasi (pengamatan)
- Media penilaian : Ruang kelas
Kerjasama guru, wali kelas dan orang tua
18.Tindak Lanjut : - Setelah mengadakan penilaian terhadap siswa berdasarkan pengamatan dan kerjasama dengan pihak terkait adalah memotivasi siswa untuk mengembangkan perubahan positif yang dilakukan siswa
- Jika ada siswa yang masih tidak dapat merubah prilaku negatifnya maka akan diberi layanan lanjutan seperti layanan konseling, home visit dan alih tangan kasus jika diperlukan
19. Catatan Khusus :

Calon Guru Harus Rapi


Menjadi seorang mahasiswa memang memiliki kebebasan. Namun demikian, kebebasan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara sosial maupun secara akademis, tidak terkecuali dalam kebebasan gaya berpakaian serta penampilan. Mahasiswa tetap harus bisa mengatur gaya berpakaian serta penampilannya, walaupun memang tidak mahasiswa diberikan kebebasan dalam hal itu.
Kepandaian serta kemampuan akademis memang hal utama dan penting, namun demikian, penampilan serta gaya berpakaian mahasiswa juga merupakan hal yang penting. Pasalnya ini menyangkut pada kesopanan dan pakaian juga menunjukkan jati diri seseorang.
Fenomena gaya berpakaian yang tidak semestinya, misal menggunakan celana jin sobek dan menggunakan kaos saat kuliah, atau berpenampilan yang terkesan asal-asalan, seperti rambut gondrong dan acak-acakan, tentu ini wujud kebebasan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh mahasiswa, terlebih mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang nantinya akan menjadi seorang pengajar, entah itu menjadi guru atau menjadi dosen.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Ilmu Keguruan Universitas Veteran (Univet) Bantara Sukoharjo, Drs Agus Sudargono MSi, mengungkapkan, perlu adanya semacam penanaman disiplin sejak dini oleh mahasiswa, termasuk dalam gaya berpakaian dan penampilan. Hal ini perlu dilakukan agar jika mahasiswa terjun pada dunia kerja, mahasiswa terbiasa dengan kedisiplinan. Apalagi mahasiswa FKIP. 
“Normatifnya, seorang mahasiswa itu harus berpenampilan yang merapi dan menarik, terlebih mahasiswa FKIP yang nantinya menjadi contoh bagi anak didiknya, karena guru itu digugu dan ditiru. Ini memang membutuhkan ketegasan dari para dosen agar tidak menjadi berlarut-larut dan menjadi kebebasan yang kebeblasan,” katanya.
Terpisah, Ketua Jurusan POK Universitas Tunas Pembangunan Surakarta (UTP) Surakarta, Drs Slamet Sudarsono MPd, mengungkapkan, gaya berpakaian mahasiswa memang sangat mendukung untuk profesinya setelah lulus kuliah nanti, sehingga mahasiswa harus tetap menyesuaikan dengan peraturan yang telah dibuat oleh universitas.
“Walaupun Jurusan olahraga, mahasiswa tetap harus berpakaian rapi, sopan dan dilarang keras memiliki rambut gondrong atau di semir. Kalau mahasiswa Jurusan keguruan ke depannya kan akan menjadi contoh dan panutan, jadi ya harusnya bisa lebih rapi dalam berpakaian sejak kuliah. sehingga, saat kerja jadi guru, sudah terbiasa,” katanya.
Sementara itu, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Staimus Surakarta, Kiswanto mengatakan, seharusnya mahasiswa memang berpenampilan rapi dan tidak asal-asalan dalam menggunakan pakaian dan berpenampilan saat di kampus.
“Tidak sepantasnya seorang mahasiswa berpakaian asal-asalan apalagi pakai gaya yang aneh-aneh. Khususnya mahasiswa yang masuk Jurusan Keguruan tentunya mereka memang sudah siap untuk menjadi contoh muridnya. Jadi ya harus membiasakan diri dalam berpenampilan dan bersikap sejak kuliah,” katanya.
“Mahasiswa adalah intelektual muda seharusnya bisa memberi contoh bagi yang lain, paling tidak memiliki perbedaan dengan yang tidak kuliah. Rambut pirang, pakai anting dan rambut gondrong bukan mahasiswa banget, apalagi untuk anak FKIP, terlebih untuk Pengajar Agama Islam. Mulai dari pakaian, tingkah laku, sopan santun dan kebersihan harus benar-benar dijaga,” pangkasnya.
 http://harianjoglosemar.com/berita/calon-guru-harus-rapi-13134.html

Resep Masakan - Resep Cumi Gulung



Bahan:
  • 100 gr cumi ukuran kecil dan dikupas
  • 2 lembar nori
  • minyak goreng secukupnya untuk menggoreng
  • saus sambal untuk penyajian
Bahan Pelapis Cumi:
  • 400 gr tahu putih, dihaluskan
  • 200 gr daging ikan kakap
  • 5 lbr daun bayam, rebus dan cincang halus
  • 2 btr telur
  • 2 siung bawang putih, cincang halus
  • 1 sendok makan kecap ikan
  • 1 sendok teh garam
  • 1/4 sendok teh merica bubuk
  • 1 cm jahe, diparut
Cara membuat:
Pelapis:

  • haluskan ikan dengan blender hingga halus
  • Campur dengan bahan pelapis lainnya
  • pukul pukul hingga kalis
  • Isikan ke dalam cumi sambil dipadatkan, sisihkan
Cumi:
  • Pipihkan sisa adonan pelapis cumi setebal 1 cm diatas plastik
  • bentangkan potongan nori. Tambahkan adonan pelapis cumi tipis saja.
  • Letakkan 2 buah cumi isi ditengahnya kemudian gulung
  • bungkus dengan plastik dan lapisi dengan lap bersih.
  • kukus 30 menit
  • setelah matang, goreng hingga kecoklatan.
  • potong-potong lalu sajikan dengan saus sambal.
  • selamat mencoba............

HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA KENAKALAN REMAJA

Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah:
  1. PENGARUH KAWAN SEPERMAINAN
    Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.Pengaruh kawan ini memang cukup besar. Dalam Mangala Sutta, Sang Buddha bersabda: “Tak bergaul dengan orang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana, itulah Berkah Utama”. Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya. Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
    Dalam Digha Nikaya III, 188, Sang Buddha memberikan petunjuk tentang kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
    Sebaliknya, dalam Digha Nikaya III, 182 diterangkan pula kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral, pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
  2. PENDIDIKAN
    Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak seperti yang telah diterangkan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya III, 188. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama Buddha yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama Buddha serta alasan seorang anak harus mengikuti agama orangtua, Agama Buddha.Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang. Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
  3. PENGGUNAAN WAKTU LUANG
    Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat. Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
    Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa pembacaan Paritta bersama di Cetiya dalam rumah ataupun melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Pada hari Minggu seluruh anggota keluarga dapat diajak kebaktian di Vihãra setempat. Mengikuti kebaktian, selain memperbaiki pola pikir agar lebih positif sesuai dengan Buddha Dhamma juga dapat menjadi sarana rekreasi. Hal ini dapat terjadi karena di Vihãra kita dapat berjumpa dengan banyak teman dan juga dapat berdiskusi Dhamma dengan para Bhikkhu maupun pandita yang dijumpai. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.
  4. UANG SAKU
    Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’ seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat. Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:
    1. Anak menjadi boros
    2. Anak tidak menghargai uang, dan
    3. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.
  5. PERILAKU SEKSUAL
    Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat. Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
    Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan yang sesuai dengan Buddha Dhamma. Sang Buddha telah memberikan pedoman untuk bergaul yang tentunya juga sesuai untuk pegangan hidup para remaja. Mereka hendaknya dididik selalu ingat dan melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis atau lima latihan kemoralan ini adalah latihan untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
    http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/hal-hal-yang-mempengaruhi-timbulnya-kenakalan-remaja/

cara dan tips memakai kerudung segi empat

Jilbab atau kerudung paris atau sering juga disebut jilbab segi empat kini sedang menjadi trend dan bisa dibilang paling digemari. Jilbab paris sangat nyaman dipakai karena adem, tak mudah kusut, serta jatuhnya bagus sehingga rapi ketika dikenakan.
Dengan berbagai jenis hiasan di pinggirnya, membuat jilbab tampil lebih cantik dan menawan. Kini berbagai jenis jilbab paris yang cantik dan menawan dapat Anda beli online dengan harga yang sangat terjangkau Koleksi Kerudung Cantik paris meliputi jilbab paris polos, jilbab paris sulam, kerudung paris lukis, kerudung paris permata, maupun motif-motif kerudung paris terbaru lainnya.
Di antara penampilan Anda yang serba lembut dengan hiasan renda gaya Victorian, sisipan bouquet bungan yang dibuat dengan bantuan karet gelang serta korsase berwarna-warni menjadi titik fokus kerudung ini.
Bentuknya yang cantik dan warnanya yang kontras berhasil menghidupkan penampilan keseluruhan. Ingin mencoba?
Bahan yang diperlukan:- Ciput- Jarum pentul- Kerudung segi empatKaret gelangBros bunga/korsase
Step by step Kerudung Cantik

Cara pemakaian
1. Kenakan kerudung segi empat membentuk kerudung dasar tengkuk.2. Ambil sisa kerudung sebelah kiri dan belakang, lipat menjadi dua lalu ikat dengan karet gelang membentuk bunga.3. Gunakan jarum pentul untuk membuka bunga yang terbentuk dari selendang.4. Letakkan bunga/korsase di atas bunga kerudung. Rekatkan dengan jarum pentul.